Kumpulan Puisi
Hidup
Ketika sangkakala nafas dibunyikan
Menjadi pertanda akan awal kehidupan
Mulailah aku membuka mata
Mengawali nafas pertama dengan tangisan menggema
Mulailah aku membuka mata
Mengawali nafas pertama dengan tangisan menggema
Awal hidupku ..
Menginjak awal dunia-Mu
Melihat rangkaian kuasa-Mu
Mempelajari setiap indah kasih-Mu
Ajarilah aku lebih banyak
Supaya diri ini tidak tersentak
Supaya jiwa ini tidak terjerembap
Ketika ditawarkan dosa yang gemerlap
Menginjak awal dunia-Mu
Melihat rangkaian kuasa-Mu
Mempelajari setiap indah kasih-Mu
Ajarilah aku lebih banyak
Supaya diri ini tidak tersentak
Supaya jiwa ini tidak terjerembap
Ketika ditawarkan dosa yang gemerlap
Aku hanya aku
Manusia yang penuh dengan gerutu
Namun, kuasa-Mu yang nyata abadi
Takkan pernah meninggalkanku sendiri
Ibu
Terima kasih untuk 270 harimu
Menjagaku dalam ragamu
Memberiku makan tanpa kekurangan
Hingga aku lahir dalam kesempurnaan
Kesetiaanmu tiada akhir
Sampai jiwa ini bisa terlahir
Namun bahkan hingga saat ini
Tanpa menerima, engkau memberi
Apakah yang telah aku berikan padamu?
Hingga aku pantas menerima semua kasihmu
Dalam do’amu engkau selalu menyebut namaku
Mendo’akanku sekalipun aku seringkali melupakanmu
Dengan mata aku sanggup memandang
Dengan telinga aku bisa mendengar ibu berdendang
Dengan lidah kini aku bisa berkata padamu
Tidak ada kecantikan, tidak ada kemilau, tidak ada cahaya
Yang cukup sanggup menandingi makna ibu untukku
Terang
Kesunyian meraba dunia
Hanya ada gaduh perebutan kuasa
Dunia ini terlalu asing untukku dulu
Aku tak pernah menemukan jiwa akan mimpiku
Sampai ketika ada suatu terang
Bukan cahaya yang terlalu benderang
Tidak untuk menyilaukan dan menutup mataku
Namun untuk menunjukanku jalan dan menyelamatkanku
Ya, aku dulu gelap
Bayangkan ketika engkau berjalan pulang
Melewati lorong-lorong gelap yang sempit
Mencoba membentangkan ketakutan yang menghimpit
Menerka-nerka apa yang akan kau hadapi
Namun kini, aku terang
Ketika seseorang mencoba mendobrak
Bertepatan dengan aku membuka pintu
Maka ia pun masuk terlalu dalam
Dan mengisi ruangan-ruangan tersebut
Dengan kehangatan tubuh dan jiwanya
Ketika seseorang mencoba mendobrak
Bertepatan dengan aku membuka pintu
Maka ia pun masuk terlalu dalam
Dan mengisi ruangan-ruangan tersebut
Dengan kehangatan tubuh dan jiwanya
Hei. Jangan buat aku dingin lagi : )
Spesial
Derai angin menggelitik malamku
Menuntunku merenungkan setiap detik bersamamu
Kebodohan tidak lagi berarti
Kepintaran tidak lagi nyata ketika tindakanku tidak lagi terarah
Aku tak mengerti ini yang terhebat atau ini yang terburuk
Rasanya seperti semua mengalir menuntunku terjerembap
Seperti ketika kau tergelincir ke sungai
Dan terbawa arusnya yang deras
Ke perhentian yang entah kemana
Arus tanpa ujung
Namun kau menikmatinya
Tanpa perlawanan kau membiarkan air menyembulkan lalu menenggelamkan kepalamu
Mengisi paru-parumu dengan segerombolan air yang menyesakkan dada
Membuatmu tak sanggup bernafas dan perlahan membunuhmu
Namun..
Ada hal lain yang membuat s’galanya berbeda
Jelas berbeda, dan begitu berbalik
Aku mungkin tergelincir lalu terjerembap
Tapi kau ada disana..
Bersiap menangkapku kalau-kalau aku jatuh
Dan benar saja aku langsung jatuh
Dengan segera engkau menangkapku
Dan kita terhanyut bersama
Lalu aku mulai memandangimu dan enggan berpaling
Aku merasa kagum sama seperti awal-awal aku menyukaimu
Aku menyentuh setiap garis raut wajahmu
Matamu ..
Mata yang sanggup berbicara
Rasanya aku ingin memandang jauh kedalamnya
Dan membiarkan kedua mataku melompat
Lalu berlarian berlomba ke dalam matamu untuk mencari
Mencari hal yang entah apa
Aku hanya ingin mengetahui segala sesuatu didalamnya
Entah itu pikiranmu, akalmu, atau bahkan jiwamu
‘Matamu berbicara’, ungkapan yang tepat bagi sepasang matamu
Seseorang yang tidak terbiasa berdusta
Dan menunjukan padaku bahwa ketulusan masih ada di dunia ini
Mata itu akan bersinar ketika ia berseri
Tetapi akan hampa, kosong, jauh memandang seakan ia berada di tempat lain
Ketika ia merasa pedih, terluka, dan sendirian
Satu hal yang tak bisa aku hindari
Disaat mata itu memandang jauh
Bukan ke suatu tempat, melainkan memandang padaku
Menarik bagian jiwaku, bagian tubuhku
Dan membuatku membeku
Ya, kita terus terhanyut bersama di arus sungai ini
Semakin jauh meninggalkan tempat asal kita
Semakin jauh meninggalkan siapa diri kita sebenarnya
Namun, tahukah engkau?
Ketika aku bersamamu, kapasitas otakku tidak cukup besar untuk memikirkanmu
Sehingga hal-hal yang bukan kamu
Tersingkir dan keluar begitu saja dari kepalaku
Sekalipun sebenarnya tidak banyak hal yang aku pikirkan tentangmu
Aku hanya memikirkan ‘Aku bahagia, aku sempurna, engkau milikku, aku milikmu.’
Mungkin karena setiap pemikiran itu ukurannya luar biasa besar
Sehingga mereka menuntut ruang yang besar di dalam otakku
Ya itulah yang aku pikirkan ketika kita bersama
Sehingga aku melupakan hidupku
Aku melupakan siapa aku
Biarlah arus sungai ini terus membawa kita menjauh
Karena sungguh aku tidak ingin melawannya
Aku tidak perlu kita kembali
Tidak, bila ternyata aku harus ke kanan dan kau ke kiri
Biarlah paru-paruku terisi air hingga nafasku tercekat dan habis
Itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan menghirup racun sepanjang usia
0 comments :
Post a Comment